Get Gifs at CodemySpace.com

Rabu, 25 Mei 2011

Mitos Keperawanan




Sering mendengar mitos bahwa seorang wanita yang sudah tidak perawan dapat diketahui dari tanda-tanda fisiknya seperti pantat yang turun, payudara yang mengendur, atau cara berjalan yang lurus.

Pertanyaannya apakah mitos tersebut memang sepenuhya benar? dan pertanyaan berikutnya yang sering kita jumpai adalah, apakah pendarahan yang dialami pada saat malam pertama oleh seorang gadis merupakan suatu tanda telah pecahnya selaput daranya? Lantas bagaimana jika tidak terjadi pendarahan? Apakah sang gadis perlu dipertanyakan keperawanannya?

Mitos sebenarnya adalah sebuah pemahaman yang berasal dari budaya-budaya di lingkungan dimana pemahaman tersebut sebenarnya keliru,tetapi karena dipercaya oleh sebagian masyarakat sehingga menjadi seolah-olah benar, begitu juga dengan mitos keperawanan. Selama ini masyarakat berpendapat bahwa keperawanan seseorang akan hilang ketika terjadi suatu aktifitas seksual berupa hubungan seksual dimana akan menyebabkan pecahnya selaput dara. Padahal selaput dara seorang wanita kondisinya berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Ada wanita yang mamiliki selaput dara yang tipis sehingga apabila melakukan hubungan seksual akan lebih mudah pecah, tetapi ada pula wanita yang memiliki selaput dara yang kuat sehingga akan tidak mudah pecah. Pecahnya selaput dara juga tidak harus melalui hubungan seksual saja, bisa juga melalui aktifitas olahraga, benturan, senam, dan sebagainya.


Bentuk selaput dara yang dimiliki oleh satu wanita dengan wanita lainnya juga tidak sama. Jika ia memiliki selaput dara yang kaya akan pembuluh darah, otomatis jika selaput dara itu pecah akan terjadi pendarahan yang cukup banyak. Sebaliknya jika selaput dara tersebut tidak memiliki pembuluh darah otomatis ketika pecah juga tidak menimbulkan pendarahan. Jadi pendarahan pada saat hubungan seksual tidak bisa dijadikan tolak ukur menilai keperawanan seorang wanita. Justru pendarahan bisa saja terjadi karena pengencangan atau ketegangan pada vagina yang sering disebut sebagai kelainan vaginamus. 

Kelainan vaginamus yaitu pada saat melakukan hubungan seksual dan selama melakukan hubungan seksual tidak menimbulkan ketegangan pada vagina, tetapi dapat menikmatinya bersama. Maka kemungkinan terjadi pendarahan sangat kecil bahkan tidak ada. 
So... jangan heran jika ada wanita yang telah berulangkali melakukan hubungan seksual namun tidak pernah mengalami pendarahan sama sekali.

Kemudian tanda-tanda fisik berupa perubahan payudara, pantat, dan cara berjalan lurus yang dianggap sebagai tanda wanita sudah tidak perawan, juga tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Karena perubahan diatas bisa terjadi apabila seorang wanita telah mengalami kehamilan dan persalinan. Sehingga kalau hanya melalui hubungan seks saja ciri-ciri fisik tersebut tidak dapat dijadikan suatu tanda bahwa wanita tersebut sudah tidak perawan.

Ada baiknya, kita sebagai remaja putri atau yang belum menikah, selama bisa menjaga diri dari pergaulan bebas serta menjaga cara perpacaran yang sehat maka tidak perlu khawatir akan masalah keperawanan.
Ingatlah bahwa wanita ibarat telur di ujung tanduk, keperawanan adalah harta yang paling berharga bagi seorang wanita, jadi harus dijaga sampai ke pelaminan. Karena selaput dara yang sudah pecah tidak mungkin dapat dikembalikan secara utuh seperti sediakala. Sekali pecah tetap pecah, kalaupun dapat diperbaiki melalui jalan operasi dengan selaput dara palsu dan pembuluh darah tiruan, namun tetaplah tidak akan pernah seutuh seperti sedia kala. Dan yang lebih tahu tentang keperawanan seorang wanita adalah wanita itu sendiri. Sedangkan pemahaman masyarakat khususnya kaum pria yang dapat menilai keperawanan seorang wanita melalui ciri-ciri fisiknya adalah suatu asumsi semata.
Dibaca :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar